'Bahagia'

Akhir-akhir ini aku enggan pulang, aku sering menghabiskan waktu sendirian di kantor, bahkan aku tidur disana.
Aku coba untuk menyamankan diri atas keputusan-keputusan yang telah aku ambil dalam kehidupan. 
Aku coba memaknai semua yang telah aku lakukan dalam hidup.

Semua..

Setiap detil kecil coba aku ingat.
Hingga berujung pada sebuah pertanyaan mendasar buatku..

Apa itu Bahagia?


Sebentar..
Coba aku jelaskan.. Kenapa aku berusaha mencari arti bahagia?
Aku mencoba mencarinya, karena aku rasa aku pernah hidup dalam "Bahagia" yang semu. Konsep apa lagi itu?

Menurutku, bahagia semu adalah sebuah perasaan yang aku anggap 'Bahagia', dan dalam kehidupan kedepannya rasa bahagia yang telah melewati berbagai kontemplasi ini, mengalami perubahan makna. Dari apa yang aku maknai sebagai bahagia, berubah menjadi biasa saja.

Setiap detil kecil coba aku ingat,

dan benar, aku coba mengingat itu, aku coba mengingat apa saja yang telah aku anggap bahagia, dan kembali aku pertanyakan apa benar itu bahagia, terus aku coba mempertanyakannya hingga buntu.

Bukan sok filosofis yang coba terus-terusan mempertanyakan sesuatu hingga mendapat arti yang 
hakiki. Aku cuma ingin tau, dan ketika aku sudah tau aku rasa aku akan puas untuk itu, dan bisa berada dalam track yang benar dalam menangani rasa "bahagia".

Dikit-dikit lah aku coba lihat dari orang terdekat. Mencoba melihat apa yang mereka lakukan, dan apa yang membuat mereka terlihat "bahagia"-- Aku masih coba meraba konsep ini.

Banyak yang bilang kalau bahagia terlihat dari cara mereka tertawa.

Benarkah? 
Mungkin aku orang yang terlalu skeptis, atau kritis. Yaa.. Aku dididik untuk berpikir seperti ini.

Cara mereka tertawa? Yang seperti apa?

Aku banyak kenal dengan orang yang sangat profesional. Misalnya, seorang teman yang berprofesi sebagai frontman sebuah komunitas musik. Dia memiliki banyak hutang (desas desusnya), tapi dia sangat mampu untuk tertawa, dan sangat mampu untuk membuat orang lain tertawa dengan ketidakjelasannya. 

Sebentar..
Apa memiliki banyak hutang bisa membuat orang tidak "bahagia"?

Selain dia, aku juga mengenal seorang teman yang sudah berkeluarga dan beranak dua. Dia selalu tertawa ketika mengendong anak keduanya, atau mengajak nonton anak pertamanya. Dia orang yang sangat ramah dengan orang, sangat mudah berkomunikasi, dan sangat mudah untuk tidak berjarak dengan orang yang baru dia temui. Mudah tertawa bagi orang lain, dan kadang juga mudah menertawakan orang lain.

Sebentar..
Lantas apa dia bahagia? Aku tidak pernah mempertanyakan secara langsung padanya, yang ada aku pasti akan malu.

Ya.. Mungkin Observasiku banal sehingga aku memerlukan tamparan dari seseorang untuk mengerti bahwa bahagia itu tidak perlu dipikirkan.

Lewat perjumpaanku dengan teman lama disebuah media sosial yang lama tidak digunakan pula, dia mengatakan :

"Bahagia nggak usah dipikir, tapi dicari, diciptain. Bukan berati terus semua yg nggak bikin bahagia itu sia-sia, namain aja part itu belajar. 'O
h, kalo gue gini, gk nyaman dan gk bahagia, ya gue musti cari cara lain.' 
karena lo berhak bahagia. Semua akibat ada alasan"


Tamparan ini tidak menjadi pemberhentianku untuk mencari arti bahagia. Sejatinya obrolan itu hanya sedikit menyadarkan ku bahwa menurutnya, arti bahagia tidak terlalu penting baginya, asalkan dia nyaman, dan dia 'bahagia' menurut versinya.

Aku rasa, dalam pengertian bahagianya, aku masih dalam part belajar. Bahagia semu yang semula aku katakan, adalah pelajaran, dan aku adalah guru bagi diriku sendiri. Aku harus bisa mencari cara untuk 'bahagia' karena aku berhak untuk 'bahagia'.

Semua akibat ada alasan, dan ada alasan kenapa aku sekarang masih terus mencari arti bahagia. Alasan yang mungkin terjadi karena perubahan cerita hidup seseorang. Alasan yang mungkin, terjadi karena aku tidak berada di zona nyaman. 
Atau jangan-jangan
aku berada dalam zona nyaman, ketika aku berpikir aku tidak berada di zona nyaman?

Sebagai self reminder saja, aku tidak akan berhenti untuk mencari arti bahagia.
Mungkin hingga aku dimakan pikiranku sendiri.
Ya itu konsekuensi.

Tapi untuk sementara ini.
Aku coba belajar untuk menempatkan diri seperti kebanyakan orang.
Mencoba menyamankan diri.

Mencoba Tertawa.. atau.. menertawai diri sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hanya mampir tuk Mimpi !!

The Prep Of Not Everybody Knows!