The Prep Of Not Everybody Knows!

-- Tulisan ini sebenernya dibuat dengan situsi yang sangat selo.. Tanpa ada tendensi dan kepentingan khusus --

Sir Francis Bacon pernah bilang kalo knowledge is power.

Apa yang dimaksudkan dari perkataan dia yang mungkin sebenarnya bagi sebagian orang mudah ditafsirkan.Yaa.. Bagi dia, salah seorang filsuf pertama di era modern yang cukup bosan dengan tekanan-tekanan keagamaan merasa dengan adanya pengetahuan kita mampu menguasai alam. Jadi, dengan adanya pengetahuan kita dapat menguasai alam.

Walaupun mungkin kalo dia masih hidup di era kita sekarang, dia akan menyesal mengeluarkan jargon jagoannya itu, karna sekarang manusia dengan tamak menguasai alam dan mengakibatkan pengrusakan alam yang gila-gilaan. Tapi benang merah apa yang bisa kita ambil dari ucapannya? Knowledge is Power?

Apakah 'Alam' akan selalu berhubungan dengan Nature, yang secara banal diidentifikasikan dengan keadaan lingkungan, pohon, laut, udara? Bagaimana dengan alam lain, atau dunia-dunia lain yang menunggu untuk dibahas. Apakah Knowledge is still power there?

Mari kita melihat dunia yang dekat dengan kita.

I am a Sound guy! i say it Proudly!
dan apa yang menjadi kegelisahan saya saat ini adalah banyaknya anak muda yang baru sedikit memiliki pengetahuan tentang sound, namun tanpa sedikit kesadaran dan rasa prihatin terhadap karya yang dibuat, they very brave to take a chance to make some commodity from the sound.

Man.. you kill your self.

Bukan berarti dengan menulis tulisan ini, saya telah memiliki pengetahuan cukup untuk dunia saya. Namun karena saya merasa masih memiliki kekurangan dalam hal pengetahuan di dunia sound, dan melihat hal-hal empiris di lapangan, saya jadi merasa jengah. Khususnya dengan cara mereka memperlakukan sound dengan cara-cara yang tidak baik dan benar.

Pernah dalam suatu kasus saya merasa gagal dalam melakukan treatment sound for film. Noise dimana-mana, suara dialog yang hancur, ambience yang tidak masuk akal, logika suara yang juga sama tidak irasionalnya. Saya sungguh merasa gagal dengan karya itu, dan saya menanggung beban moral -- rasa bersalah -- karna saya ditahbiskan sebagai sound designer dalam karya itu.

Apa yang membuat saya gagal?

Saya belum memiliki cukup pengetahuan untuk menjadi seorang sound designer. Pada saat itu saya belum mengerti bahwa di dalam penggarapan sebuah film ada beberapa sub department dari department of sound. yaitu sub department Dialog Editing, sub department Sound FX, sub department Mix. Semua saya kerjakan bersama salah seorang teman saya, tanpa pengerjaan yang runtut dan sesuai dengan model kerja profesional, dan dengan modal pengetahuan tentang dunia sound yang cukup dangkal. Hasilnya, saya sangat tidak puas dengan apa yang telah saya kerjakan.

Bagaimana seseorang dapat ditahbiskan menjadi seorang sound designer apabila untuk menghilangkan suara esssshh... (bahasa norak dari sibilance) saja tidak bisa? Untuk mereduksi noise saja masih tidak bisa? dan percayalah, saya mendapati hal itu pada saat saya mengerjakan karya tersebut.

The Main Problem

Ada satu permasalahan dalam dunia perfilman kita, baik dunia industri maupun dunia non komersil, yang selalu saja lekat dengan kata-kata pergerakan indie. Permasalahan sama yang secara radikal selalu mengakar dalam otak kita, yaitu anggapan bahwa sound di dalam sebuah film hanyalah sebuah mitos.

Apa yang saya maksudkan disini adalah banyak orang yang menganggap bahwa sound hanyalah sebuah pelengkap dari sebuah kesatuan film secara utuh. Banyak yang masih menganggap bahwa kebutuhan visual dari sebuah film merupakan hal yang paling penting dibandingkan dengan sound. Dan penerapan dilapangannya jauh lebih parah, budget untuk sebuah film lebih diprioritaskan untuk kebutuhan visual dibandingakan dengan kebutuhan sound. Bahkan disebagian kasus, banyak sekali orang yang membuat film dengan direct sound / built in microphone camera. Lantas, dari mana kualitas sound akan didapatkan? inilah bentuk empiris dari penerapan bahwa sound hanyalah sebuah mitos.

Namun apa jadinya film tanpa sebuah harmoni gelombang suara yang proper?

Mungkin kita secara tidak sadar sering terkesima dengan gambar dari sebuah film, siapa yang tidak terkesima dengan perjalanan seseorang mengarungi luar angkasa dalam film Gravity? Siapa juga yang tidak terkesima dengan pertarungan antara robot baik dan robot jahat di atas bumi dalam film Transformer. Tapi apakah kita pernah dengan secara sadar mempertanyakan, apa jadinya film-film hebat tersebut tanpa adanya persiapan sound dengan proper? dan apakah kalian pernah menonton film-film hebat tersebut dengan status mute tercentang dalam player video kalian? Saya rasa tentu saja tidak pernah. Dan apakah kalian masih merasa bahwa film tersebut akan semenarik film yang telah kalian tonton lengkap dengan soundnya?

Untuk itulah, maka kita harus memiliki knowledge yang cukup tentang sound. Dengan penggarapan visual yang baik, dan dengan sound yang proper, kita akan mendapatkan film yang sempurna. Karna sejatinya, visual dalam film adalah senjata bagi pemuas mata kita, sedangkan sound dalam film adalah senjata bagi pembangunan ruang dan pembangunan rasa. Tentu saja dengan hanya mengandalkan kekuatan visual, kita tidak akan menghadirkan rasa kedekatan sebuah film dengan diri kita. Tidak akan mencapai efek afeksi, dan menimbulkan bayangan bahwa film tersebut sebenar-benarnya terjadi dalam lingkungan kita.

Mau sampai kapan kita akan mengesampingkan sound dan hanya menganggap sound dalam film adalah sebuah mitos? Sudah semenjak phytagoras menemukan hukum string pertama, dan dilanjutkan oleh banyak sekali penemu mengenai gelombang. Hingga akhirnya fourier pada tahun 1801 menemukan bahwa sebuah complex wave terdiri dari serangkaian sine wave. Apakah kalian tidak sadar dengan berbagai macam penemuan mengenai gelombang suara ini, adalah bukti hidup bahwa gelombang suara adalah hal yang nyata, bukan hanya sekedar mitos, dan bukan hanya sekedar hal pelengkap tanpa harus diperlakukan secara profesional kehadirannya?

Apakah kalian mengetahui tentang hal ini? dan apakah bagi kalian yang sudah mengetahui tentang hal ini masih menganggap bahwa sound merupakan sebuah mitos? Masih melanjutkan status quo penggarapan sound dengan serampangan, tanpa mengikuti kaidah-kaidah editng sound yang benar. Bayangkan, bila dalam benak kalian masih menganggap sound adalah mitos, seberapa jauh kita telah tertinggal semenjak tahun 1801?

Conclution

Sound is not a mythical thing! Tanpa persiapan yang matang, tanpa pengetahuan yang mendalam tentang alam, khususnya alam sound, bagaimana kita memiliki power yang cukup untuk menguasai alam tersebut? Itulah yang seharusnya dipahami oleh seseorang sebelum dia melangkah lebih jauh dan mendapatkan status yang lebih di alamnya. Bukan hanya sebatas keberanian, bukan hanya sebatas kesukaan. Tapi setiap orang harus memiliki pertanggungjawaban atas kualitas dari hasil karyanya.

Toh.. kalo memang kamu suka dengan dunia sound, anggaplah kamu berpacaran dengannya. Bermula dari PDKT, kamu akan mencoba mengenalnya lebih dalam, you need to know it better. But if you Still dont know about it, dont ever you think youll get it in your life.

Saya masih setuju dengan gagasan dari Sir Francis Bacon. Knowledge is power. tapi yang perlu disadari adalah, jangan pernah puas dengan pengetahuan yang sudah kamu miliki. And you need to Know the preparation before you banging the world with your work!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hanya mampir tuk Mimpi !!

'Bahagia'